Minggu, 30 November 2008

Mayat Penggembala

kusingkapkan kain kafan
kukira akan kulihat mayat leleaki tua
yang telah busuk penuh belatung
akan tetapi tidak,
wajahnya tegas penuh senyum

Dialah Penggembala negeri ini
Dia berkata,
“Aku bahagĂ­a, masih bisa mati diladangku”

Diraihnya tanganku,
Dia memberikan tongkat kepadaku
“Fajar telah menunggumu, Nak”

Dia Tersenyum,
“Jangan kau menyesali kematianku”
“Jangan kau sedih hidup di ladang”
“Jangan hanya bisa menatap angkasa”

Dia galau,
“aku percaya padamu”
Tergesa dia kembali ke liangnya

1 komentar:

  1. Well,,,the poetry are amzing.
    Tlog dunk buatin pwsi bt my baby in the heaven

    BalasHapus

Template Design by SkinCorner | Supported by Templates Zone Based on WP and Blogspot Themes